Citra satelit pada dasarnya
adalah rekaman energi gelombang elektromagnetik yang berasal dari muka bumi.
Namun demikian, nilai energi yang terrekam oleh sensor bukan semata-mata energi
yang mencirikan suatu obyek secara langsung. Nilai energi yang terrekam
tersebut adalah nilai energi di atas atmosfer (top of atmosphere / TOA). Nilai
energi yang diwujudkan menjadi nilai spektral pada sebuah piksel adalah
kombinasi dari energi yang berasal dari berbagai obyek pemantul atau pemancar
di bawah sensor. Kombinasi energi tersebut dapat berupa kombinasi energi yang
berasal dari tempat atau obyek lain (seperti benda disekitarnya) atau pantulan
dan pancaran dari partikel atmosfer itu sendiri.
Selama dalam perjalanannya menuju
permukaan bumi dan saat terpantul menuju sensor, energi elektromagnetik
mendapatkan gangguan di atmosfer. Gangguan tersebut secara garis besar berupa
serapan dan hamburan oleh partikel atmosfer yang berupa serapan benda gas, molekul-molekul,
dan hamburan aerosol (Vermote dan Vermeulen, 1999). Liang (2002) menjelaskan
bahwa benda-benda gas yang dimaksud tersebut adalah uap air, ozone (O3),
karbon dioksida (CO2) serta gas-gas lainnya (baca: Partikel atmosfer yang dapat berpengaruh terhadap kualitas data citra satelit). Hamburan molekular sering disebut
dengan hamburan Rayleigh. Sedangkan hamburan aerosol berasal dari
partikel-partikel atmosfer seperti debu yang memiliki ukuran lebih besar dari
panjang gelombang.
Serapan gas dan hamburan molekul
relatif stabil dan tidak bervariasi secara temporal, sedangkan hamburan aerosol
cenderung bervariasi secara temporal (Dash dkk, 2006). Oleh karena itu koreksi
terhadap faktor hamburan aerosol sering menjadi lebih sulit dibandingkan dengan
faktor molekul.
Gangguan atmosferik ini tidak
hanya terjadi pada rentang panjang gelombang tampak (visible) tetapi juga
terjadi pada julat infra merah termal (TIR). Gangguan pada julat TIR banyak
disebabkan oleh terutama oleh serapan dan pancaran dari karbon dioksida (CO2),
Ozone (O3), dan uap air (Meier dkk, 2011). Gangguan atmosferik pada
julat ini dapat mengakibatkan bias data hingga mencapai seribu satuan termal.
Sumber :
Dash, S. K., Tanaka, T., Tateishi,
R., 2006. Two viewing theory on atmosphere correction in ocean color algorithm.
Remote sensing and earth sciences. Vol. 3
Liang, S.,
2002. Atmospheric correction of optical remote sensed imagery. Bhan presentasi
pada APEIS Capacity Building Workshop on Integrated Environmental Monitoring of
Asia-Pacific Region. Beijing. China.
Meier, F., Scherer,D.,
Richters, J., and Christen, A., 2011. Atmospheric correction of
thermal-infrared imagery of the 3-D urban environment acquired in oblique
viewing geometry, Atmos. Meas. Tech., 4, 909–922. doi:10.5194/amt-4-909-2011.
Vermote, E., F., dan Vermeulen, A., 1999. Atmospheric
correction algorithm: spectral reflectances (MOD09) Version 4.0., NASA contract
NAS5-96062